WAHAI ENGKAU PAHLAWAN NEGERIKU
Kemerdekaan negeri ini bukanlah hadiah
Demi sang negeri
Kau korbankan jiwamu
Demi sang bangsa
Kau rela pertaruhkan nyawamu
Maut yang menghadang di medan tempur
Bambu runcing yang selalu setia menemanimu
Nampak jelas raut wajahmu
Tak segelintirpun rasa takut
Semangat membara di dalam jiwamu
Taklukkan mereka penjajah negeri
Harimu yang berwarna merah membara
Darah yang mengalir dalam ragamu
Tak patahkan semangat juangmu
Tekadmu yang membara
Dengan gagah tegap kau berdiri
Tak pedulikan rasa sakit
Untuk meraih harapan, kemerdekaan
Demi sang bumi pertiwi ini
Namun…
Kini perjuanganmu itu seperti tak berarti
Tangisan sedih rakyat kecil menjadi-jadi
Korupsipun seperti sudah menjadi tradisi
Andai kau mengerti bangsa ini sekarang
Mungkin senyumu akan menjadi tangismu
Mungkin tawamu akan menjadi sedihmu
Wahai pahlawanku
Maafkan kami yang tak bisa memperbaiki
Negara yang merana ini
Inilah bagian dari perjuanganmu pahlawan
Berbanggalah, kini Indonesia semakin maju
Tak kan ada musuh yang berani melaju
Terlebih merebut kemenanganmu
Mengenang Perjuangan Pahlawanku
Kami bisa nikmati kemerdekaan ini
Kami dapat menggapai cita dan asa kami
Kami begitu sadar inilah buah perjuanganmu
Pahlawan kami, kami bangga meski kau tiada
Kemerdekaan yang kami nikmati ini
Pendidikan memadai yang kami enyam kini
Fasilitas dan teknologi canggih ini
Ada bukan karena kami, tapi ini karena kalian
Kami heningkan cipta untuk jerih payahmu
Di tubuhmu terukir simbol yang penuh makna
Tak ada yang bisa kami persembahkan
Untuk berterimakasih kepadamu
Tapi kami akan berjanji padamu
Tuk lanjutkan asamu yang tinggi menjulang
Merebut kembali kemerdekaan yang hakiki itu
Pahlawanku, kan ku jaga negeri kita
Ku curahkan jiwa dan raga tuk Indonesia tercinta
Ku bangun dan ku isi kemerdekaan ini
Dengan penuh upaya meski tak seberapa
Perjuangan dulu menjadi bangsa yang bermartabat
Yang sejahtera abadi selamanya
Untuk generasi gemilang berikutnya
SELAMAT ULANG TAHUN BUNG KARNO
(Hari ini dalam catatan sejarah Surabaya)
Pagi hari 6 Juni 1901 pecah tangis bayi laki-laki di Kampung Pandean, Lawang Seketeng, Kota Surabaya. Ia adalah Kusno, putra sang fajar yang kelahirannya di tandai kokok ayam jantan dari timur.
Kusno kemudian berganti nama menjadi Sukarno, ia menjabat sebagai presiden pertama Republik Indonesia, yang menghantarkan bangsa ini ke gerbang kemerdekaan bersama para founding father.
“Warisi apinya jangan abunya”
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”
SOEKARNO
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🙏🏻🤲🏻🙏🏻🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩