*Idul Fitri 1446 H, Renungan Peradaban Bangsa*
*Oleh: Yakub F. Ismail*
Tak terasa Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriyah sebentar lagi tiba. Umat Islam seluruh dunia telah bersiap menanti momentum agung ini tak terkecuali di Indonesia.
Khusus di tanah air, serba-serbi kehidupan masyarakat menyambut momen 1 Syawal ini berlangsung bergitu guyub dan rukun.
Hampir tidak terdengar kebisingan berarti yang merusak irama dan langkah penantian kaum muslim menyongsong Hari Kemenangan ini.
Masing-masing daerah dengan tradisinya yang khas mencoba menampilkan ragam dan corak budayanya yang penuh estetik.
Di Indonesia, Islam tidak sekadar menjadi agama representatif bagi mayoritas penduduk. Lebih dari itu, Islam merupakan simbol kedamaian dan merangkul setiap perbedaan yang eksis di bumi pertiwi.
Islam merupakan simbol peradaban bangsa Indonesia sejak dahulu kala hingga sekarang. Ia menafasi setiap langkah dan degup pembangunan bangsa.
Merangkul minoritas dan menyerukan kebersamaan dalam semangat ukhuwah (mempererat tali persaudaraan).
Islam dan bangsa Indonesia adalah dua anasir utama yang saling membutuhkan dan membingkai bersama.
Mustahil melihat wajah Indonesia tanpa memahami peran Islam di dalamnya, juga tidak mungkin menyaksikan Islam hadir dan eksis di Indonesia tanpa melihat dukungan entitas lainnya yang memberi tempat dan keteduhan.
Inilah perpaduan sempurna yang kita sebut sebagai sebuah persenyawaan estetik dan apik antara Islam dan anasir kebangsaan.
Dalam momentum Idul Fitri 2025 ini, sebagai sebuah bangsa besar yang dihormati dunia, Indonesia dengan mayoritas penduduk Islam di dalamnya saatnya memantapkan diri untuk menyusun langkah yang lebih besar di masa akan datang.
Langkah besar itu meliputi upaya mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, ikut terlibat dalam perdamaian dunia dan tampil sebagai bagian penting dalam percaturan dan pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
Akhirnya, Islam, doktrin dan peradaban Indonesia menjadi sebuah ikhtiar bersama yang senatiasa diusahakan secara terus menerus.
———***———-