Multikultural Di Tengah Menjamurnya Budaya K-POP
Pengantar
Globalisasi budaya adalah penyebaran gagasan, makna, dan nilai ke seluruh dunia dengan cara tertentu untuk memperluas dan mempererat hubungan sosial. Proses ini ditandai oleh konsumsi budaya bersama yang dibantu oleh Internet, media budaya masyarakat, dan perjalanan luar negeri (Wikipedia). Salah satu Fenomena yang terjadi adalah masuknya budaya dari Korea Selatan di Indonesia mulai dari Musiknya (K-POP),Drama Serial,Fashion, Gaya hidup, hingga Makanan.
Pendahuluan
Di Kalangan Anak Muda Indonesia, Menjamurnya Musik anak muda dari Korea Selatan atau yang istilah kerennya adalah K-POP sangat digemari bahkan terbentuk Fans Club nya. Merebaknya Budaya Korea ini atau disebut Korean Wave mulai masuk ke Indonesia sejak 2004 hingga saat ini masih popular dan disukai di kalangan anak muda. K-POP sendiri identik dengan musik bergenre POP dengan Girlband dan Boybandnya yaitu sekumpulan anak muda laki-laki atau Perempuan dalam satu manajemen atau Agensi. Boyband atau Girlband yang Populer saat ini ada Blackpink, BTS,NCT,EXO,Super Junior,SNSD dan masih banyak lagi. Girlband dan Boyband ini bahkan mempunyai fans club/perkumpulan yang sangat besar atau yang biasa disebut dengan ARMY (Adorable Representative MC For Youth) atau Fandom. Istilah ini biasanya ditunjukan pada sebuah kelompok fans yang mengidolakan boyband atau girlband tertentu. Bisa dibilang istilah fandom itu sama seperti Fans Club. Sebagai contoh, nama fandom BTS itu ARMY, Blackpink itu BLINK, NCT itu NCTzen dan EXO itu EXO-L.
Penggemar mereka ini sudah berskala International, bahkan fanatisme telah membawa para anak muda penyuka K-Pop sampai memburu mereka meski harus keluar negeri hanya untuk sekedar menonton konser atau bertemu langsung dengan idola mereka (Meet and Greet) meski harus merogoh kocek yang cukup dalam dan bisa menguras tabungan/uang mereka.
PERMASALAHAN
Problematika yang terjadi dari Korean Wave dan bahkan sampai memunculkan Fans Club dapat menuai dampak positif maupun negative di kalangan anak muda kita. Fans data dikaitkan dengan Fanatisme,yaitu sebuah faham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan.
Fans Kpop dianggap selalu bersikap berlebihan, gila, histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif ketika mereka sangat gemar menghambur-hamburkan uang untuk membeli merchandise idola maupun mengejar idola hingga ke belahan dunia manapun. keberadaan fans telah dipengaruhi oleh teknologi dan media,dan hal ini dimanfaatkan oleh para Fans Idol K-POP untuk membuat forum/perkumpulan yang membahas idola mereka mulai dari latar belakang idol,kesukaan, hingga kehidupan pribadi mereka tidak lepas dari perbincangan hangat para fansnya. Tak jarang karena terlalu fanatiknya sampai terjadi perseteruan antar Fans.
Karena sikap fanatisme yang berlebihan dan cenderung mengkhawatirkan adalah ketika mereka mulai bersikap konsumtif hanya untuk mengikuti/meniru gaya hidup dan fashion yang mereka pakai,sedangkan biasanya para idol tersebut menggunakan brand-brand terkenal pada gaya fashion mereka yang sudah pasti harganya tidak akan terjangkau bagi sebagian besar anak muda di Indonesia. Kemudian kebiasaan mereka dalam berganti-ganti warna rambut atau dunia kosmetik yang mengenalkan tren ala korea seperti operasi plastik hingga suntik putih juga ramai diikuti oleh kalangan anak muda kita yang bisa menghabiskan uang banyak dan menjadi tren menghambur-hamburkan uang hanya untuk bisa seperti idola K-pop mereka. Tak jarang jika mengulik kehidupan pribadi mereka bahkan ada yang mempunyai kepercayaan Atheisme. Bukankah hal ini sangat mengkhawatirkan? Karena Negara kita berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Akibat dari Fanatisme ini maka anak muda kita sudah mulai melupakan budaya negeri sendiri dan bahkan cenderung tidak mau mengenalnya karena dianggap kuno sehingga kebudayaan negeri yang merupakan identitas bangsa Indonesaia sudah mulai tergerus dengan keberadaan budaya korea tersebut yang dianggap lebih unggul. Meskipun demikian ada juga dampak positif dari Fanatisme tersebut, dimana jika satu kelompok mempunyai kesamaan (Fans Club) maka akan timbul dan muncul solidaritas dan kebersamaan yang tak jarang dapat memunculkan ide-ide positif bersama yang tidak hanya berdampak secara internal kelompok mereka namun juga ke masyarakat. Contohnya mereka melakukan gathering bersama untuk mempererat hubungan kelompok dan menjaga solidaritas, membuat Dance Cover, melakukan kegiatan-kegiatan sosial misalnya Belum lama ini ARMY Indonesia membuat banyak orang kagum dengan ikut berdonasi lewat proyek BTS ARMY Project Lombok penggalangan dana untuk korban tragedi Kanjuruhan Kegiatan positif yang dilakukan juga bertujuan agar para fans Kpop terutama ARMY tidak lagi dipandang buruk oleh orang-orang dan bisa bermanfaat untuk kepentingan orang lain. Sebagai informasi penggalangan dana ini mencapai total 447 juta Rupiah
SOLUSI PERMASALAHAN
Dalam hal Fanatisme pada idol K-POP ini yang terlalu berlebihan tentu tidak baik terhadap diri sendiri maupun orang lain., kekaguman atau kesenangan tetap harus punya batasan dan bernilai wajar. Fanatisme terhadap budaya Korea dalam hal ini K-Pop dapat menggerus budaya musik dan tarian asli bangsa Indonesia sehingga sulit untuk menjaga kelestariannya Bagaimana sebenarnya solusi untuk permasalahan ini ?
Untuk mengatasi Multikultural di tengah menjamurnya Budaya K-Pop ini di kalangan anak muda perlu pengawasan dan pendampingan oleh orang tua, apalagi sampai mengalami fanatisme yang berlebihan. Orang tua bisa : mengarahkan mereka untuk mengambil sisi positif dari para idola mereka dan mengabaikan sisi negative perilakunya, mengarahkan untuk tidak bersikap fanatik yang berlebihan namun wajar saja dan menjadikan mereka hanya sebagai semangat/inspirasi positif, mengarahkan untuk tidak selalu meniru gaya hidup mereka apalagi jika tidak sesui dengan kepribadian kita sebagai Bangsa Indonesia, Mengontrol dan mengarahkan untuk bijak dalam menggunakan media sosial dan akses internet
Diharapkan dengan Kontrol dan arahan dari orang tua tersebut anak-anak muda dalam hal ini generasi muda penerus bangsa tidak terpengaruh budaya bangsa lain , hanya sekedar mengagumi namun tetap bangga terhadap budaya negeri sendiri. Peran Media Indonesia juga cukup penting untuk melakukan counter attack dengan lebih gencar mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat luas khususnya di kalangan generasi muda baik melalui online maupun offline, membatasi pemberitaan-pemberitaan tentang budaya luar yang sekiranya bisa memberikan dampak negatif bagi generasi muda bangsa
KESIMPULAN
Multikulturalisme merupakan pengakuan bahwa banyaknya budaya yang berbeda-beda tetapi bisa hidup berdampingan dan saling menguntungkan satu sama lain, begitu juga dengan kita sebagai bangsa Indonesia di era globalisasi dan menjamurnya budaya musik Korea atau K-Pop tetap bisa menerima dengan mengambil nilai positifnya saja tanpa harus menerima secara berlebihan sampai melupakan budaya negeri sendiri sebagai Identitas bangsa Indonesia yang harus dijaga kelestariannya dari generasi ke generasi. Sekian, dan terima kasih.
Penulis :Yuli Kiswanto,
NPM : 22640603005
Prodi : Fakultas Peternakan
Universitas Kanjuruhan Malang