ULAMA SEPUH NU SUMATERA UTARA RESTUI GUS MAHALI SEBAGAI CAKETUM PBNU

Pemerintah Politik

ULAMA SEPUH NU SUMATERA UTARA
RESTUI GUS MAHALI SEBAGAI CAKETUM PBNU

PEKANBARU: Megapolitanjatim
Calon Ketua Umum PBNU dari Luar Jawa atau Sumatera, KH. Abdul Khalim Mahali, LL.B (Hons), MPIR bersilaturrahim ke Ulama Sepuh NU, KH. Mahmuddin Pasaribu di Komplek Ponpes Al-Mustafawiyyah Purba Baaru, Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara. Kyai yang lebih akrab dengan panggilan Gus Mahali ini menempuh perjalanan selama 8 jam dari Kota Pekanbaru, Riau. Rombongan Gus Mahali disambut hangat oleh KH. Mahmuddin Pasaribu yang juga menjabat Rois Syuriah PWNU Provinsi Sumatera Utara ini. Demikian Press Release yang dikirimkan Ketua Tim Caketum PBNU Luar Jawa Kyai Ibadullah, SE kepada pihak redaksi.

Gus Mahali mengutarakan niatnya mengikuti bursa pencalonan Ketua Umum PBNU di Muktamar NU ke-34 di Provinsi Lampung. Alumnus S-2 Jurusan Hubungan Internasional dari Kampus International Islamic University (IIU) Islamabad ini menyebutkan alasannya keikutsertaannya. Diantaranya adalah menghadirkan calon alternatif dari yang hanya dua kandidat Ketum PBNU, yaitu incumbent KH. Said Agil Siroj dan KH. Yahya Staquf. Gus Mahali yang berpengalaman mengajar Program S-1 dan S-2 di sejumlah universitas di Jakarta ini juga ingin meneruskan perjuangan besar kakeknya, yaitu KH. Humaidi Sholeh, yang berkiprah di PBNU bersama KH. Wahab Hasbullah hingga wafatnya di tahun 1961. Gus Mahali menyampaikan belum lama ini dirinya telah meminta restu kepada Maulana Habib Lutfi Bin Yahya selaku Pimpinan Organisasi Tarekat an-Nahdliyyah se-Indonesia di Pekalongan Jawa Tengah dan Abuya Muhtadi Dimyathi Ulama Karismatik Tanah Banten serta ke sejumlah Ulama’Kyai Sepuh NU lainnya di Pulau Jawa dan Sumatera.

KH. Mahmuddin Pasaribu memberikan restu dan dukungan penuhnya serta menegaskan bahwa selaku Tuan Rumah Penyelenggara Muktamar NU, wilayah Sumatera secara khusus juga perlu memiliki Calon Ketua Umum PBNU tersendiri sekaligus menjadi wakil untuk luar Jawa. Apalagi, PBNU pernah dipimpin oleh almarhum Dr. KH. Idham Kholid asal Kalimantan Selatan dari tahun 1956 hingga 1984. Sementara Pulau Sumatera belum pernah memimpin PBNU sejak Organisasi Ulama ini didirikan pada 31 Januari 1926.

KH. Mahmuddin Pasaribu memberikan petuah agar jika kelak terpilih Gus Mahali mampu menghadirkan leadership yang baik, melakukan keseimbangan yang tepat dalam bermitra dengan pihak manapun dengan tetap menjaga nama baik dan kepentingan Nahdlatul Ulama secara organisatoris dan Warga Nahdliyyin yang dibawah naungannya. Gus Mahali berjanji melaksanakan Amanah tersebut. Alumnus Ponpes Al-Falah, Pedekik dan Madrasah Aliyah YPPI, Kab. Bengkalis, Riau komitmen untuk konsolidasi akbar antara PBNU dengan PWNU dan PCNU se-Indonesia melalui pelaksanaan berbagai kegiatan berskala besar sehingga Warga NU bisa merasakan kedekatan hubungan dengan Para Petinggi PBNU.

Terkait kemandirian secara ekonomi, Gus Mahali menyampaikan bahwa kemitraan dengan berbagai pihak terkait sangat mendesak untuk dilakukan oleh PBNU agar Warga NU bisa difasilitasi dukungan finansial, utamanya dari pihak perbankan dengan kucuran dana segar bagi pelaku usaha kecil menengah di kalangan Nahdliyyin. Tentunya dengan skema yang meringankan baik dari masa pengembalian pinjaman maupun dari bunga yang ditetapkan perbankan. Gus Mahali memang menguasai pemberdayaan ekonomi masyarakat dikarenakan dirinya telah berulang kali mengikuti diklat terkait hal tersebut. Pengasuh Majlis Ta’lim Rasulullah SAW Wajam’iyyah Al-Istighosah dan Majlis Sholawat Nabi Kab. Kep. Meranti Provinsi Riau ini tak kenal lelah dalam memotivasi masyarakat untuk berswadaya dalam banyak bidang. Dalam ketahanan pangan, Gus Mahali tak segan untuk menanam sendiri berbagai jenis sayuran, pohon pisang, jambu dan mangga agar menjadi contoh kemandirian.

Terkait situasi pra Muktamar NU ke-34 yang terasa memanas dikarenakan baru muncul ke permukaan dua calon Ketum PBNU, Gus Mahali dan KH. Mahmuddin Pasaribu sepakat bahwa semua pihak perlu menahan diri demi menjaga marwah Nahdlatul Ulama. Kekacauan yang pernah terjadi di Muktamar NU ke-33 Jombang diharapkan tidak terjadi lagi. Karena itu, keduanya berharap para pendukung calon-calon Ketum PBNU tetap menghadirkan suasana sejuk serta Muktamar Lampung berjalan lancar tanpa kendala. Bagi Gus Mahali, akan sangat merugi jika sesama Nahdliyyin saling membenci hanya gara-gara beda pilihan dalam mendukung calon Ketua Umum PBNU.A-R

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *