Sejarah Berdiri & Sepak Terjang Hamas
Hamas_Palestina
Free_Palestine
MEGAPOLITANJATIM,||Hamas didirikan pada tahun 1987 selama Intifadhah Pertama) sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin Mesir. Sheik Ahmed Yassin sebagai pendiri menyatakan pada tahun 1987, dan Piagam Hamas menegaskan pada tahun 1988, bahwa Hamas didirikan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel dan mendirikan negara Islam di wilayah yang sekarang menjadi Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.
Asal-usul Hamas dapat ditelusuri hingga kepada kelompok Ikhwanul Muslimin di Mesir. Ikhwanul Muslimin muncul sebagai upaya agar nilai-nilai Islam melampaui ranah sekuler, di mana ia menantang asumsi inti, sosial, politik, ideologis, nasionalis dan ekonomi dari tatanan penguasa sekuler yang ada. Pada tahun 1935 ia menjalin kontak pertama kali dengan Palestina di Mandat Britania atas Palestina, yang kemudian pada tahun 1945 meresmikan cabang pertamanya di Yerusalem. Menyusul peristiwa Nakba pada tahun 1948, yang menimpa masyarakat Palestina, Ikhwanul Muslimin adalah salah satu organisasi paling pertama yang membantu dan berada diantara orang-orang Palestina.
Ketika Israel menduduki wilayah Palestina pada tahun 1967, anggota Ikhwanul Muslimin tidak mengambil bagian aktif dalam perlawanan, lebih memilih untuk fokus pada reformasi sosial-agama dan memulihkan nilai-nilai Islam. Pandangan ini berubah pada awal 1980-an ketika banyak organisasi Islam menjadi lebih terlibat dalam politik Palestina. Kekuatan pendorong di balik transformasi ini adalah Syeikh Ahmad Yassin, seorang pengungsi Palestina dari Al-Jura. Dari asal-usul yang sederhana, ia bertekun menjadi salah satu pemimpin Ikhwanul Muslimin di Gaza. Karisma dan keyakinannya memberinya banyak pengikut yang setia.
Pada tahun 1973, Syeikh Ahmad Yassin mendirikan yayasan sosial-keagamaan al-Mujama al-Islamiya (“pusat Islam”) di Gaza sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin. Otoritas Israel membiarkan yayasan amal Yassin untuk berkembang dengan sendiri nya karena mereka melihatnya sebagai kekuatan penyeimbang yang berguna bagi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang sekuler.
Pada 1984, Syeikh Yassin ditangkap setelah Israel mengetahui bahwa kelompok nya mengumpulkan senjata, tetapi dibebaskan pada Mei 1985 sebagai bagian dari program pertukaran tahanan. Dia terus memperluas jangkauan amal di Gaza. Setelah dibebaskan, ia mendirikan al-Majd (Munazamat al-Jihad wa al-Da’wa), dan dipimpin oleh Yahya Sinwar dan Rawhi Mushtaha, yang bertugas menangani keamanan internal dan memburu informan lokal untuk dinas intelijen Israel.
Ide Hamas mulai terbentuk pada 10 Desember 1987, ketika beberapa anggota Persaudaraan berkumpul sehari setelah insiden di mana sebuah truk tentara Israel menabrak sebuah mobil di pos pemeriksaan Gaza yang menewaskan 4 pekerja harian Palestina. Mereka bertemu di rumah Syeikh Yassin dan memutuskan bahwa mereka juga perlu bereaksi saat kerusuhan protes yang memicu Intifada Pertama meletus.
Sebuah selebaran yang dikeluarkan pada tanggal 14 Desember menyerukan perlawanan dianggap menandai intervensi publik pertama mereka, meskipun nama Hamas sendiri tidak digunakan sampai Januari 1988. Dalam pertemuan dengan Ikhwanul Muslimin Yordania pada Februari 1988, mereka pun memberikan persetujuan nya. Bagi banyak orang Palestina, hal itu tampaknya sejalan dengan harapan nasional mereka, namun bedanya Hamas memberikan versi Islam dari apa yang menjadi tujuan awal PLO, yang dama sama melakukan perjuangan bersenjata untuk membebaskan seluruh Palestina.
Hamas menerbitkan piagamnya pada Agustus 1988, di mana ia mendefinisikan dirinya sebagai bagian dari Ikhwanul Muslimin dan keinginannya untuk mendirikan “negara Islam di seluruh Palestina”.
Dengan berdiri nya Hamas, Syeikh Yassin yakin bahwa Israel sedang berusaha untuk menghancurkan Islam, dan menyimpulkan bahwa Muslim yang setia memiliki kewajiban agama untuk menghancurkan Israel. Tujuan jangka pendek Hamas adalah untuk membebaskan Palestina, termasuk wilayah Israel modern, dari pendudukan Israel. Tujuan jangka panjang berusaha untuk mendirikan negara Islam dari Sungai Jordan sampai Laut Mediterania, sangat mirip dengan gagasan Zionisme sebagai lawan nya.
Serangan pertama Hamas terhadap Israel terjadi pada musim semi 1989. Tanggapan Israel adalah penangkapan ratusan pemimpin dan aktivis Hamas, di antaranya adalah Syeikh Yassin, yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dan Hamas dilarang. Penahanan massal para aktivis ini, bersama dengan gelombang penangkapan lebih lanjut pada tahun 1990, yang secara efektif dapat meruntuhkan Hamas, sehingga terpaksa untuk beradaptasi. Serta merubah sistem komandonya menjadi regional untuk membuat struktur operasinya lebih tersebar, dan untuk meminimalkan kemungkinan terdeteksi.
Hamas mereorganisasi unitnya dari al-Majd dan al-Mujahidun al-Filastiniun menjadi sayap militer yang disebut Brigade Izz ad-Din al-Qassam yang dipimpin oleh Yahya Ayyash pada musim panas 1991 atau 1992. Nama itu berasal dari pemimpin nasionalis Palestina militan Sheikh Izz ad-Din al-Qassam yang berperang melawan Inggris dan yang kematiannya pada tahun 1935 memicu pemberontakan Arab tahun 1936-1939 di Palestina. Meskipun anggotanya kadang-kadang menyebut diri mereka sebagai “Murid Ayyash”, atau “Unit Yahya Ayyash”.
Pada awalnya, senjata sulit didapat, dan organisasi tersebut akhirnya mulai melakukan pengambilan dan pembelian senjata dan amunisi.
Pada tahun 1999 Hamas mulai dilarang di Yordania, dilaporkan sebagian atas permintaan Amerika Serikat, Israel, dan Otoritas Palestina. Raja Yordania Abdullah khawatir aktivitas Hamas dan sekutunya di Yordania akan membahayakan negosiasi perdamaian antara Otoritas Palestina dan Israel, dan menuduh Hamas terlibat dalam aktivitas tidak sah di Yordania. Pada pertengahan September 1999, pihak berwenang menangkap pejabat Hamas Khaled Mashal dan Ibrahim Ghosheh sekembali nya mereka dari kunjungan mereka ke Iran, dan menuduh mereka sebagai anggota organisasi ilegal, menyimpan senjata, melakukan latihan militer, dan menggunakan Yordania sebagai basis pelatihan.
Berbeda dengan pemberontakan sebelumnya, Al-Aqsa atau Intifada Kedua dimulai dengan dengan demonstrasi massa dan taktik kontra-pemberontakan Israel. Brigade al-Qassam termasuk di antara banyak kelompok militan yang melancarkan serangan gaya militer terhadap sasaran sipil dan militer Israel pada periode ini.
Pada Januari 2004, Syeikh Ahmed Yassin sebagai pendiri Hamas, mengatakan bahwa kelompok itu akan mengakhiri perlawanan bersenjata terhadap Israel selama 10 tahun. Namun beberapa bulan kemudian Syeikh Yassin terbunuh dalam serangan Israel pada tanggal 22 Maret 2004. Saat ia ingin keluar masjid saat sholat subuh di Kota Gaza, pada waktu yang bersamaan sebuah helikopter tempur Apache AH-64 Israel menembakkan rudal Hellfire ke arah Syeikh Yassin dan kedua pengawalnya.
Sebelum serangan itu, jet F-16 Israel terbang di atas untuk mengalihkan suara helikopter yang mendekat. Syeikh Yassin dan pengawalnya wafat seketika, bersama sembilan orang yang berada di sekitar. 12 orang lainnya terluka dalam operasi tersebut, termasuk dua putra Syeikh Yassin. Abdel Aziz al-Rantissi akhirnya menjadi pemimpin Hamas setelah peristiwa tersebut terjadi.
Pejabat Hamas Ismail Haniyeh menyerukan pembalasan terhadap Israel. Sekitar 200.000 orang turun ke jalan-jalan di Jalur Gaza untuk pemakaman Syeikh Yassin ketika pasukan Israel mengumumkan siaga nasional.
Pembunuhan Syeikh Yassin juga mengarah pada fakta bahwa Hamas, untuk pertama kalinya, dinobatkan sebagai gerakan paling populer di Palestina oleh penduduk Tepi Barat dan Jalur Gaza dua minggu setelah peristiwa tersebut.
Hamas memboikot pemilihan umum Palestina 1996 dan pemilihan presiden Palestina 2005, tetapi memutuskan untuk berpartisipasi dalam pemilihan legislatif Palestina 2006, yang pertama terjadi setelah kematian Yasser Arafat sebagai pemimpin pesaing Hamas yakni Fatah.
Hamas, berniat menampilkan kekuatannya melalui pemungutan suara daripada dengan kekerasan, mengumumkan bahwa mereka akan menahan diri dari serangan terhadap Israel jika Israel menghentikan serangannya terhadap kota-kota dan desa-desa Palestina.
Hamas memenangkan 76 kursi, tidak termasuk empat yang dimenangkan oleh kandidat independen, dan Fatah hanya 43 kursi. Pemilu tersebut dinilai oleh pengamat internasional sebagai “kompetitif dan benar-benar demokratis”. Hamas mengambil alih pemerintahan Gaza setelah kemenangan pemilihannya dan memperkenalkan perubahan.
Pada awal Februari 2006, Hamas menawarkan gencatan senjata sepuluh tahun kepada Israel sebagai imbalan atas penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Palestina yang diduduki: Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur, dan pengakuan hak-hak Palestina termasuk.
Sumber & Referensi :
Kabahā, Muṣṭafá (2014). The Palestinian People: Seeking Sovereignty and State.
Abdelal, Wael (2016). Hamas and the Media: Politics and strategy. Taylor & Francis.
Abu Amr, Ziad (1994). Islamic Fundamentalism in the West Bank and Gaza: Muslim Brotherhood and Islamic Jihad. Indiana University Press.
Mattar, Philip (2005). Encyclopedia of the Palestinians. Infobase Publishing.
Milton-Edwards, Beverley; Farrell, Stephen (2013). Hamas: The Islamic Resistance Movement. John Wiley & Sons.