Polisi Istimewa dan Rakyat Surabaya.

Pariwisata Pemerintah Pendidikan Peristiwa

Polisi Istimewa dan Rakyat Surabaya.

MEGAPOLITANJATIM,|| Rabu, 20 Oktober 1945 jam 09:30, diruang pertemuan bawah Kantor Besar Polisi Surabaya/Hoofdbureau, terjadi pergantian Komandan Polisi Istimewa Kota Surabaya dari Insp Pol II Soeratmin kepada Insp Pol II Soetjipto Danoekoesoemo.

Setelah resmi menjabat Komandan Polisi Istimewa Kota Surabaya, Soetjipto Danoekoesoemo membongkar gudang senjata di Kantor Besar Polisi Surabaya/Hoofdbureau, senjata senjata dibagikan kepada Polisi umum, TKR dan Badan Perjuangan lainnya.

Anggota Polisi umum dan lalu lintas Kantor Besar Polisi Surabaya yang muda muda digabungkan dengan Kesatuan Polisi Istimewa Surabaya, hal ini menjadikan anggota Polisi Istimewa Surabaya bertambah 600 personil.

Mereka semua bersenjata lengkap, pakaian seragam dan perlengkapan tempur yang baik.

Kesatuan Polisi Istimewa Surabaya juga memiliki kelengkapan kendaraan bermotor yang tergolong baik, mulai dari mobil, sepeda motor, tank ringan dan panser, sebagaian didapat dari gudang Angkatan Laut Jepang yang bermarkas di Gubeng. Anggota Polisi Istimewa Surabaya yang terampil mengemudikan Tank dan Panser adalah Paiman, Boedi, Sabar, Tarsono, Marmoedji, Soeradji dan Madjid.

Surabaya memiliki organisasi keamanan kampung yang kuat dan cukup rapi, ronda keamanan pemuda dan rakyat seluruhnya diorganisir oleh setingkat RT dan RW, dengan diawasi oleh Polisi Istimewa, PRI dan tetap dalam koordinasi TKR Surabaya. Mereka selalu siap menghadapi segala kemungkinan. Kaum wanita memiliki jasa yang amat luar biasa, mereka menyelenggarakan dapur dapur umum dan pos pos kesehatan yang tersebar di seluruh Surabaya.

Kota Surabaya menjadi satu komponen yang kuat, terorganisir dengan baik, satu komando yang taat dan siap menghadapi segala kemungkinan, baik dari Sekutu maupun dari Belanda.

Kelak Bung Tomo pada pidatonya di Radio Pemberontakan tanggal 09 November 1945 menyebutkan kekuatan pasukan pasukan yang dibentuk dikampung kampung,
…….”Saudara-saudara

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya:
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.

Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.

Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.

Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana”……

Yang terjadi pada Pertempuran Surabaya Fase 1 dan 2 bukanlah “tawuran masal atau grudak gruduk” TANPA KOMANDO, Rakyat Surabaya terorganisir dalam Komando yang sangat baik, hal ini dituliskan oleh Doulton dalam bukunya yang berjudul The Fighting Cock: Being the History of the 23rd Indian Division, 1942-1947.(da/sof)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *