Kalbar Gerak Cepat Lakukan Gerakan Antisipasi Kemarau
Maret 2020 lalu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan informasi bahwa beberapa daerah di Indonesia akan memasuki musim kemarau. Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia sebanyak 27.5% di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan masuk awal musim kemarau di bulan Juni 2020
“Menyikapi info tersebut, kami langsung melakukan pemantauan kelapangan terkait intensitas Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) sebagai langkah antisipasi,” demikian ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Kalimantan Barat, Yuliana Yulinda di Pontianak, Sabtu (9/5/2020).
Yulinda menambahkan kondisi musim kemarau dengan curah hujan yang masih tinggi membuat peluang besar terhadap berkembangnya OPT seperti wereng batang coklat, penggerek batang dan tikus.
Lebih lanjut Yuliana Yulinda mengatakan telah ada surat edaran peringatan dini / EWS (Early Warning System) pada awal April 2020 lalu tepatnya tanggal 09 April 2020 kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat dan juga kepada para petugas POPT untuk disosialisasikan kepada para petani.
“Dengan adanya peringatan dini OPT, diharapkan menjadi panduan petani dalam lebih mengintensifkan pengamatan akan munculnya OPT pada tanamannya sehingga dapat mengurangi kerugian. Dan untuk itu para petugas POPT selalu siap mendampingi,” bebernya.
Sebagaimana diketahui hama utama yang menyerang tanaman padi pada Kalbar seperti tikus, penggerek batang, walang sangit, burung dan penyakit bercak coklat serta bercak bergaris. Namun pada beberapa tahun terakhir serangan hama wereng batang coklat dan penyakit blas mengalami peningkatan di beberapa wilayah di Kalimantan Barat.
Untuk mengantisipasi hama, Yuliana mengungkapkan pihaknya menghimbau petani untuk rutin melakukan pemantauan di areal sawahnya, dan melaporkan jika ada serangan dan gangguan hama kepada petugas OPT secepat mungkin. Hal ini agar dapat diambil tindakan pengendalian secara tepat dan tepat sehingga tidak meluas ke areal lain dan menyebabkan gagal panen.
Selain pemantauan, sambungnya, petani dihimbau untuk menggunakan padi yang toleran terhadap kekeringan dan membiasakan untuk menggunakan bahan-bahan organik agar tidak memicu tingkat porositas tanah yang tinggi yang memicu hilangnya air lebih cepat karena penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Pemanfaatan bahan organik diharapkan bisa meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan lebih ramah lingkungan.
“Selain sosialisasi kami juga inten melakukan koordinasi dengan pihak BMKG atau Stasiun Klimatologi Kalimantan Baratterkait informasi mengenai perubahan cuaca dan musim,” ungkapnya.
“Dengan informasi ini kami sangat terbantu dalam memberikan edukasi dan sosialisasi tentang prakiraan musim kepada petani terkait budidaya tanamannya,” tambah Yuliana.
Terkait langkah antisipasi musim kemarau ini, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Florentinus Anum mengatakan perubahan iklim dan dampak serangan OPT harus diminimalisir sekecil mungkin, jangan sampai mempengaruhi produksi beras di Kalbar. Ini cukup beralasan dikarenakan sektor pangan menjadi hal penting apalagi saat pandemik Corona seperti sekarang.
“Sesuai arahan Bapak Mentan Syahrul Yasin Limpo kami akan mengoptimalkan penanganan masalah terkait dampak musim kemarau yang akan sebentar lagi dihadapi, sehingga stok produksi padi tidak akan mengalami kendala,” ujarnya.
“Untuk saat ini, diperkirakan stok beras sampai Januari – Mei 2020 Provinsi Kalbar memiliki sebanyak 318.604 ton dengan konsumsi sebanyak 206.060 ton (Jan-Mei 2020, red). Dengan demikian masih surplus 112.544 ton,” sambungnua.
Memasuki musim tanam kedua ini, Florentinus berharap bisa memenuhi target luas tambah tanam seluas 146.881 hektar sehingga target produksi beras sebesar 1,53 juta ton Gabah Giling Kering (GKG) di tahun 2020 dapat tercapai. Untuk itu Florentinus meminta seluruh petugas POPT sebagai garda terdepan dalam mengawal dan melindungi pertanian di Kalimantan Barat ini dari serangan hama.
“Walaupun aktivitas terbatas dengan adanya pandemi COVID-19 para namun petugas POPT harus tetap mendampingi petani namun tetap memperhatikan anjuran pemerintah dengan menggunakan masker dan melakukan social distancing saat sosialisasi,” tandasnya.
Di tempat terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi kembali menegaskan bahwa pentingnya perlindungan tanaman untuk mendukung keberhasilan produksi beras nasional. Hal ini sebagai tindaklanjut instruksi dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk mengamankan produksi pangan selama masa pandemi Corona dan memasuki masa musim kemarau.
“Setiap Kepala Dinas dan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk bisa mengantisipasi dari dampak perubahan iklim ini, dengan menerapkan langkah-langkah yang cepat dan tepat,” tuturnya.
Untuk memaksimalkan kebutuhan air 2 bulan kedepan, Suwandi meminta dinas untuk mengoptimalkan peralatan yang ada. Seperti mesin pompa, embung, long storage, sumur suntik, dan sumur bor.
“Jika hal ini bisa diantisipasi dengan baik Suwandi optimis target produksi beras nasional dapat dicapai. Hal yang terpenting adalah ketersediaan stok beras dalam negeri selama masa pandemi korona ini berlangsung,” terangnya.