Irjen Pol Purn Dr Anton Charliyan Bersama Masyarakat Tasik Rayakan Peringatan Maulid Nabi SAW
Megapolitanjatim||Tokoh Masyarakat Tanah Sunda Ini Rayakan Maulid Nabi SAW Bersama Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat
Irjen Pol Purn Dr Anton Charliyan Dewan Pembina Padepokan Pencak Silat Pesantren Pajajaran Pusat dan KBO Babel Rayakan Maulid Nabi Muhammad
Irjen Pol Purn Dr Anton Charliyan Dewan Pembina KBO Babel Rayakan Maulid Nabi Muhammad Bersama Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat
Tokoh Masyarakat Jabar Ini Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW Bersama Masyarakat Tasik
Bangka Belitung – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal,yang jatuh pada hari ini tanggal 19 Oktober 2021 merupakan salah satu hari raya umat muslim di Indonesia. Dan dalam menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini, Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat ikut merayakan peringatan kegiatan tersebut.
Ketua Dewan Pembina Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat, Anton Charliyan dalam sambutannya menyampaikan bahwa Budaya Sunda dan Nusantara itu selaras dengan Budaya Islam yang dibawa Rosulullah Nabi Muhammad SAW karena sudah menganut Agama Samawi Sejak Awal yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
Anton Charliyan atau yang biasa disapa Abah Haji Anton yang juga seorang mantan Kapolda Jawa Barat sekaligus Dewan Pembina Kantor Berita Online (KBO) Babel ini menegaskan bahwa semua harus bisa menteladani ajaran Rosulullah khususnya orang sunda harus mampu menjadi yang terdepan dalam menteladani ajaran-ajaran tersebut Yang disebut sebagai Sunah Rosul.
“ Karena sudah menjadi darah daging orang Sunda dan Nusantara sehingga menjadi satu budaya yang melekat pada masyarakat Sunda Nusantara sehingga jika manusia sunda tidak bisa menjadi yang terdepan, artinya termasuk kedalam golongan orang sunda yang belum faham dan mengerti Budaya Sunda itu sendiri yang sudah terbukti dengan jelas bahwa Budaya Sunda & Nusantara Selaras dengan Budaya Islam bahkan selaras dengan budaya-budaya Agama Samawi yang lainnya,” tegasnya.
Sementara itu, Sesepuh Guru Besar Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat Rd.H Uyut Sani Wijaya Natakusumah, SH, Msi dalam sambutannya menyampaikan hal senada dengan yang disampaikan oleh Abah Haji Anton bahwa Hal tersebut dibuktikan dengan tulisan-tulisan Prasati dan Naskah-naskah kuno yang ada di tatar sunda dan seluruh Nusantara.
“ Contoh dalam Prasasti Kawali dan Naskah Amanat Galunggung Dikatakan bahwa jika ingin Jaya , setiap manusia Sunda harus selalu ada dalam jalan yang benar dan lurus ” Pakeun Heubeul Jaya dibuwana Pake Gawe Kerta Bener “, selaras dengan ayat dalam Al fatihah yakni ihdinas siratal mustaqim, siratallazina an’amta alaihim gairil magdubi alaihim wa lad dallin. Tunjukanlah jalan yg lurus dan benar, sebagaimana jalanya orang-orang terdahulu yang sudah engkau tunjukan kebenaran,” ungkapnya.
“ Kemudian “Pake Gawe Kreta Rahayu, Ulah Botoh Bisi Kokoro, Kudu Ngelmu Pare ” yang artinya membangun kekuatan dengan kedamaian, jangan serakah akan celaka serta harus membangun kekuatan dengan kerendahan hati selaras dengan sikap dan ajaran Islam yang harus Tawadhu rendah hati. Jangan Serakah harus menjaga hati serta membawa kedamaian yang Rahmatan lil Alamin bagi seluruh umat dan alam semesta,” sambungnya.
Lebih lanjut di sampaikan Uyut Sani bahwa dari bukti dan kajian kecil saja ternyata Budaya Sunda dan Ajaran Islam sudah sama dan selaras sehingga dengan adanya Maulid Nabi ini, tidak perlu ada lagi perbedaan faham antara Budaya dan Agama apalagi sampai terjadi benturan karena salah faham dengan Tata cara adat tradisi yang selama ini dilaksanakan padahal semua tujuanya sama, untuk Yang Maha Kuasa Tuhan.
“Dimana Tuhan Yang Maha Esa ini juga sama dengan Istilah masyarakat Sunda Kuno sebagai Sanghyang Tunggal. Hal ini lebih ditegaskan dg Ajaran Masy Baduy Banten yang intinya bahwa Sanghyang Tunggal itu adalah : Hyang Nu Teu Mangrupa, Nu Teu Sarua Jeung Sasaha, Nu Teu Berwarna, Ayana Di Euweuh Euweuhna Di Aya, Tidak berwujud tapi ada dimana mana. Mereka bahkan mengatakan bahwa Tuhan yang umat muslim sembah sama dengan Hyang mereka, Karena “Hyang” itu merupakan Penghalusan dari Kata “Hwa” yang mana Hwa itu Tuhanya umat muslim dan juga Tuhanya Agama-Agama Samawi lain seperti agama Yahudi Tuhanya dikenal dengan sebutan Ya Hwa,” ungkapnya.
“Hal ini selaras dengan Surat Al Ikhlas yang berbunyi “Qul HWAlloh Hu Ahad ” Katakakan lah bahwa HWA itu Allah Yang Maha Esa. Yang mereka sebut sebagai Sang Hyang Tunggal, Sanghyang Widi Sanghyang Wenang. Apalagi mereka menyebut bahwa ” Ageman kami adalah agama Adam, Agama kami ngarana “SLAM SUNDA Wiwitan, Ageman nu rek ngajaga Agama Adam. Jika Agama tersebut berasal dan berawal dari Nabi Adam artinya Agama tersebut adalah Agama Samawi, Agama yang di bawa para Nabi dan Rosul sebagai utusan Allah,” lanjut Uyut Sani.
Uyut Sani juga menuturkan sepertinya masyarakat Adat Sunda Baduy ini merupakan satu-satunya Masyarakat Adat yang punya Nabi yang menganut ajaran Kenabian apalagi ajaran Nabi Adam As sebagai Nabi pertama, sehingga dengan demikian bisa disimpulkan bahwa sejak pertama ada Masyarakat Sunda Kuno sudah beragama Samawi. Dari Nama saja hampir Mirip SLAM dan ISLAM.
“Ajaran Islam lain yang selaras dengan Budaya Sunda dan Nusantara antara lain, Shalat sama dengan Sembahyang, Menyembah Sang Hyang. Puasa sama dengan Tapa, Tirakat dan lain lain. Zakat sama Budaya Leuit mengumpulkan padi, Perelek mengumpulkan beras, Hajat Buruan, hajat Panen membagikan Makanan dll. Wudhu Bersuci sama derngan Cikahuripan, budaya sumber mata air ditempat-tempat Suci. Tafakur Nabi di Goa-goa sama dengan Tapabrata, Nyepidi Goa2 dan lain-lain. Dimana budaya Ritual-ritual Kenabian tersebut semua ada dalam Budaya Sunda dan Nusantara yang sampai hari ini masih kental melekat di masyarakat karena sudah mendarah daging menjadi budaya sejak zaman nenek moyang. Justru budaya tersebut tidak ada di tengah-tengah Masyarakat Timur Tengah yang konon kabarnya sebagai Cikal bakal turunnya para Nabi dan Rosul, apalagi dalam budaya Masyarakat Eropa dan Amerika. Makanya salah satu Buku Tulisan Karya Anton Charliyan Mengambil judul “ Budaya Sunda Selaras dengan Budaya Kenabian”, tuturnya.
Hadir dalam Acara tersebut yakni, Asisten Daerah/Asda III Kabupaten Tasik mewakili Bupati Tasik, Kadisbudpar, Bunda Eni DPD RI Jabar, Bunda Ully Sigar Panglima tinggi Baranusa, Paramitha Rusadi artis lawas yg tetap menawan, Utusan Kesultanan Solo, Rajawali Sokapura Rd Dicky, Ir Safari Agustin Ketua Geopark Galunggung, Para Tokoh adat dan Budaya al Abah Alam dr Bandung, Abah Dede Panjalu, Dadang Macan Ali, Ratu Sekar, Ratu Suningrat, Hj Nining Ciamis, Ki Aan Citiis, Ustad Cecep Cilogak, Abu Fatih Maenpo Sukapura, Ki Sanca, Manggala Garuda Putih dan lain-lain.
Sementara itu Asda III kabupaten Tasik dalam sambutanya menyampaikan bahwa adanya komunitas budaya merupakan aset yang sangat besar dalam pengembangan Wisata Daerah Tasikmalaya Di Pasca Covid ini sehingga para tokoh Budaya tetap bisa memelihara nilai-nilai Seni Budaya Warisan leluhur.
Sedangakn Paramitha Rusadhy pun memberikan statmenya ketika diwawancarai awak media sangat mengapresiasi setinggi-tingginya terhadap Acara Maulid Nabi di Padepakan Pajajaran sebagai Acara Religius Keagamaan yang dikemas dengan Nuansa Budaya agar acara semacam ini dilakukan oleh komunitas-komunitas Budaya lainya sehingga terjalin Persatuan dan Kesatuan antara Tokoh Budaya dan Agama.
Tampak hadir dalam Acara tersebut selain Asda III Kabupaten Tasik mewakili Bupati Tasik, hadir juga Kadisbudpar, Bunda Eni DPD RI Jabar, Bunda Ully Sigar Panglima tinggi Baranusa, Paramitha Rusadi artis lawas yang tetap menawan, Utusan Kesultanan Solo, Rajawali Sokapura Rd Dicky, Ir Safari Agustin Ketua Geopark Galunggung, Para Tokoh adat dan Budaya Al Abah Alam dari Bandung, Abah Dede Panjalu, Dadang Macan Ali, Ratu Sekar, Ratu Suningrat, Hj Nining Ciamis, Ki Aan Citiis, Ustad Cecep Cilogak, Abu Fatih Maenpo Sukapura, Ki Sanca, Manggala Garuda Putih dan tamu undangan lainnya. (KBO Babel).